Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Jati Diri Wanita Muslimah Bagian IV

Tidak Bercampur dengan Kaum Laki-laki Secara Bebas

Di zaman yang serba bebas ini,mungkin sulit untuk kita agar tidak berbaur dengan Laki-laki. Karena memang benar tidak aturan yang mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan tidak boleh bercampur baur di Indonesia. Padahal aturan islam jelas mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan tidak boleh bercampur baur. Bisa kita lihat saat dalam sebuah majelis Rasulullah mencontohkan agar tempat  antara laki-laki dan perempuan dipisahkan dengan sekat. Bahkan dalam hal apapun kecuali kegiatan jual beli. 

Tidak Berjabat Tangan dengan Laki-laki Yang Bukan Mahranya 

Ini dia yang sering membuat saya ragu, apakah boleh seorang wanita berjabat tangan dengan seorang laki-laki yang bukan mahramnya. Ternyata memang tidak boleh. Karena Rasulullah ketika ditemui oleh para wanita yang ingin masuk islam atau ingin di baiat. Rasulullah sama sekali tidak menyentuh tangan mereka untuk berjabat tangan kata Aisyah RA. 

Tidak Berpergian kecuali Disertai Mahram 

Seorang wanita Muslimah tidak boleh berpergian tanpa disertai Mahramnya karena ditakutkan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan demi keselematan jiwanya. Oleh sebab itu Sobat kalau ingin berpergian harus didampingi orang tua atau teman ya.

Ridha terhadap Qadha Allah dan Qadar-Nya

Wanita Muslimah yang menaati perintah Rabb-nya tentu ridha terhadap qadha’dan qadar-Nya. Sebab keridhaan ini termasuk tanda iman, takwa dan ketaatan yang paling besar pada diri manusia. Berangkat dari sini wanita Muslimah yang menyadari petunjuk agamanya tentu selalu ridha terhadap apa pun yang terjadi dalam hidupnya yang baik maupun yang buruk. Sebab keridhaan ini merupakan kebaikan baginya dalam keadaan bagaimana pun sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah SAW dalam sabdanya :

“Sungguh menakjubkan urusan orang Muslim, Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Jika mendapat kelapangan maka dia bersyukur maka itu menjadi kebaikan baginya dan ditimpa kesempitan maka dia bersabar dan itu menjadi kebaikan baginya.”(HR.Al-Bukhory)

Dengan ketegaran hatinya wanita Muslimah benar-benar yakin bahwa apa yang menimpa dirinya dalam kehidupan ini bukan untuk mengangapnya berbuat salah dan kesalahan yang dilakukannya bukan untuk menimpakan musibah kepadanya. Segala sesuatu berdasarkan qadha’dan qadar. Karena itu semua urusannya adalah baik jika dia mendapat kebaikan dan kelapangan lidahnya berkomat-kamit mengucap syukur kepada Ilah yang Maha Pemberi nikmat dan Maha Pengasih sehingga dia termasuk mereka yang bersyukur dan jika ditimpa kesempitan dia bersabar hingga dia termasuk mereka yang bersabar. 

Dengan iman yang mantap dan mendalam ini wanita Muslimah akan menjadi orang yang tabah dalam menghadapi berbagai benturan dan rintangan menerimanya dengan jiwa yang tenang, ridha terhadap qadha’ dan qadar Allah, memohon pertolongan untuk tetap tabah dan sabar, lidahnya tidak berhenti mengucapakan syukur terhadap ketentuan Allah. 

Kembali kepada Allah

Adakalanya wanita Muslimah diselubungi kelalaian sehingga pijakan kakinya terpeleset dan mengabaikan pelaksanaan perintah Rabb-nya yang sama sekali tidak sesuai dengan jati dirinya sebagai wanita Muslimah yang sada. Tetapi kelalaian ini tidak bertahan lama. Secepat itu pula dia sadar dari kelalaian lalu memohon ampunan kepada Allah dari kelalaian, kembali ke rengkuhan iman dan jati dirinya. 

“Sesunggunya orang-orang yang bertakwa bla mereka ditimpa was-was dari syetan, mereka ingat kepada Allah maka ketika itu juga mereka melihat  kesalahan-kesalahannya.”(QS;Al-A’raf:20) 

Kelalaian tidak mampu menguasai  hati yang di dalamnya masih terdapat kehangatan iman. Kelalaian bisa menguasai hati yang memang lalai, fisik dan durhaka. Hati wanita Muslimah yang bertakwa dan sadar akan selalu terbuka untuk menerima petunjuk dan ketaatan menjadi tenang jika bertaubat dan memohon ampunan. 

Merasa Bertanggung jawab terhadap Anggota Keluarganya 

Tanggung jawab wanita Muslimah terhadap anggota keluarganya tidak kalah sedikit di hadapan Allah dari pada tanggung jawab kaum laki-laki. Bahkan adakalanya tanggung jawab wanita lebih besar dari pada tanggung jawab laki-laki karena dialah yang bisa mengetahui relung-relung hati anak-anaknya yang senantiasa hidup di sisinya sekian lama sehingga anak-anaknya juga lebih mengetahui seluk beluk ibunya dari pada pengetahuan mereka terhadap ayahnya. Wanita Muslimah yang sadar merasakan tanggung jawab ini setiap kali dia mendengar sabda Rasulullah SAW:

“Setiap orang di antara kalian adalah pemimpin dan setiap orang di antara kalian bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya, Imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya. Laki-Laki adalah pemimpin di dalam keluarganya dan bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya. Wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya. Pembantu adalah pemimpin ditengah harta tuannya dan bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Setiap orang di antara kalian adalah pemimpin dan betanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya.”(Muttaqaf Alaihi)

Minatnya Adalah Ridha Allah  

Wanita Muslimah yang sebenarnya senantiasa mencari ridha Allah dalam setiap amalnya dan menimbangnya dengan timbangan yang detail. Selagi suatu amal diridhai Allah menurut timbangannya ini maka dia mengerjakannya dan selagi tidak diridhai Allah maka dia berpaling darinya dan membencinya.

Jika terjadi pertentangan dalam dirinya antaar apa  yang diridhai Allah dan diridhai manusia, maka tanpa ragu-rahu tanpa sakwasangka dia memilih apa yang diridhai Allah sekalipun mungkin pilihannya memancing kebencian manusia.

Karena dengan kesadaran keislamanya yang mendalam dia tahu bahwa keridhaan manusia merupakan tujuan yang tidak karuan yang kadang-kadang bisa mendatangkan kemurkaan Allah. Sabda Rasulullah SAW:

“Barangsiapa mencari keridhaan Allah dengan kemurkaan manusia, maka Allah mencukupkan dirinya dari pertolongan manusia dan barang siapa mencari keridhaan manusia dengan kemurkaan Allah maka Allah menyerahkan dirinya kepada manusia.’(HR.At-Tirmidzy)

Jadi, apapun yang terjadi tetep sob hidup itu cuma buat mencari ridho Allah, nggak ada yang lain. Kalau toh dapet ridho yang lain itu berarti keuntungan dari usaha kita mencapai ridho Allah sob.

Mencerminkan Makna Ubudiyah kepada Allah 

Wanita Muslimah yang menyadari petunjuk agamanya tentu yakin seyakin-yakinnya bahwa dia diciptakan dalam kehidupan dunia ini untuk suatu tujuan yang besar, seperti yang telah dibatasi Allah dalam firman-Nya:

“Dan, Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”(Adz-Dzariyat:56)

Posting Komentar untuk "Jati Diri Wanita Muslimah Bagian IV"